Selain tanggal kelahiran Yesus Kristus dan jumlah orang
Majus, Masih ada beberapa lagi mitos dan tradisi seputar Natal. Misalnya,
asal-usul pohon Natal, penyingkatan kata “Christmas” dan Sinterklas.
Pohon Natal
Pada zaman kuno, tanaman cemara digunakan sebagai dekorasi
musim dingin untuk mengingatkan orang-orang bahwa kehidupan masih terus
berjalan dan akan kembali pada musim semi. Praktik ini sering dikaitkan dengan
ibadah, seperti orang Mesir melakukannya dengan Ra dan Romawi merayakan dengan
festival Saturnalia mereka.
Tradisi ini “dikristenkan”—yaitu dengan sebutan “Pohon
Natal”—dimulai pada abad ke-16 ketika orang-orang Kristen di Jerman mulai
menempatkan pohon cemara hijau berhias tersebut di dalam rumah. Ada yang
mengatakan bahwa seorang pembaharu Protestan, Martin Luther, adalah orang
pertama yang menambahkan hiasan dan menyalakan lilin dekat pohon cemara yang
akhirnya mengilhami lampu Natal diciptakan.
Butuh beberapa waktu bagi orang Amerika untuk mengadopsi
pohon Natal. Sampai sekitar tahun 1840, pohon-pohon masih dianggap sebagai
simbol penyembahan berhala. Budaya tersebut tidak berkembang sampai pada
akhirnya tersebarlah sebuah majalah pada 1846 yang menampilkan Ratu Victoria
dan keluarganya (suaminya adalah orang Jerman) berdiri di sekitar pohon Natal
yang akhirnya pohon Natal menjadi sangat populer di Amerika Serikat.
Christmas atau X-Mas?
Banyak orang Kristen khawatir tentang penyingkatan Christmas
menjadi X-Mas. Tidak sedikit diantara mereka memandang bahwa penyingkatan itu
menjadi sebuah penghujatan. Tetapi, jika kita melihat dari dekat, menulis Xmas
bukanlah suatu penghujatan terhadap Kristus. Kata “Kristus” dalam bahasa Yunani
ditulis "ΧριστÏŒς". Huruf pertama adalah “X” atau chi. Chi juga
ditulis dengan huruf “X” dalam alfabet Romawi.
Jadi, Xmas juga berarti Christmas, tetapi pengucapannya
harus “Christmas” bukan “ex-mas”.
Sinterklas
Santa Nicholas adalah Uskup Ortodoks Yunani yang hidup
sekitar 300 Masehi yang saat ini menjadi bangsa Turki. Ia dikenal karena
kemurahannya ketika ia melemparkan sekantong koin emas melalui jendela seorang
laki-laki miskin yang terpaksa menjual anak gadisnya sebagai budak (yang
berpotensi sebagai prostitusi)di pagi hari.
Tetapi dalam perayaan Natal di Belanda, St. Nicholas (atau
dalam bahasa Belanda disebut Sinterklaas), mulai diperkenalkan sebagai konsep
Santa yang turun dari cerobong asap dan terbang di atas rumah (meskipun ia
melakukannya di atas kuda). Tokoh Santa mulai diambil alih Amerika ketika
imigran Belanda datang ke New York dan mulai merayakannya. Akhirnya,
Sinterklaas bernama “Santo Pelindung dari New York” oleh Washington Irving,
yang seperti disebutkan sebelumnya merupakan katalisator untuk mempopulerkan
Santa Claus di Amerika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar