Rabu, 30 Oktober 2013

ZIARAH Tanah Perjanjian (Bagian Delapan)


BETLEHEM
Gereja Kelahiran (Church Nativity)
bagian dalam gereja Kelahiran, para peziarah sedang antri untuk melihat tempat kelahiran Yesus
Gereja Kelahiran atau Gereja Nativitas (bahasa Arab: كنيسة المهد) di Betlehem adalah salah satu dari gedung-gedung gereja tertua di dunia yang masih digunakan sebagai tempat peribadatan. Bangunan ini didirikan di atas gua yang menurut tradisi merupakan tempat lahir Kristus, dan dihormati sebagai tempat suci oleh umat Kristiani.
Antikuitas dari tradisi ini diuji oleh apolog Kristen Yustinus Martir (sekitar 100 - 165), yang mencantumkan dalam karya tulisnya Dialog dengan Trypho bahwa Keluarga Kudus pernah berlindung di dalam sebuah gua di luar kota.:
Yusuf menginap di suatu gua dekat desa; dan ketika mereka berada di tempat itu Maria melahirkan Kristus dan meletakkanNya dalam sebuah palungan, dan di tempat inilah orang-orang majus yang datang dari negeri Arab itu mendapati-Nya.(Pasal LXXVIII).
semua peziarah yang datang di gereja kelahiran rindu untuk menyentuh dan mencium
bintang kelahiran, tempat yang diyakini sebagai tempat asli dimana Allah menjadi manusia
melalui bayi Yesus yang lahir di kandang Betlehem 2000 thn lalu.
Origenes dari Aleksandria (185 Masehi-sekitar 254) mencatat:
Di Betlehem orang menunjuk pada gua itu sebagai tempat Dia dilahirkan, dan palungan di dalam gua itu sebagai tempat dia dibaringkan dengan terbungkus kain lampin. Dan tersiar khabar di tempat-tempat itu, dan di kalangan orang-orang yang tak seiman, bahwa sungguh Yesus lahir di gua itu yang dipuja dan dihormati oleh umat Kristiani. (Contra Celsum, kitab I, pasal LI).
Basilika pertama di atas situs ini dibangun oleh Santa Helena, ibunda Kaisar Konstantinus I. Di bawah pengawasan Uskup Makarios dari Yerusalem, pembangunan rampung pada 333. Bangunan itu terbakar habis dalam Pemberontakan Orang Samaria pada 529.
Basilika yang ada saat ini dibangun kembali dalam bentuknya yang seperti sekarang pada 565 oleh Kaisar Yustinianus I. Ketika bangsa Persia di bawah pimpinan Kosroes II menyerbu pada 614, mereka di luar dugaan tidak menghancurkan bangunan tersebut. Menurut legenda, panglima mereka Shahrbaraz tergerak hatinya oleh gambar Tiga Orang Majus berbusana Persia dalam gereja, dan memerintahkan untuk membiarkan bangunan itu tetap utuh. Para pejuang Perang Salib melakukan perbaikan dan penambahan pada gedung itu selama masa kekuasaan Kerajaan Yerusalem Latin dengan izin dan bantuan dari Kaisar Bizantium, dan Raja Yerusalem pertama dimahkotai di dalam gereja tersebut. Dari tahun ke tahun, luas bangunan tersebut ditambah, dan kini luasnya telah mencakup sekitar 12.000 meter kubik. Gereja ini adalah salah satu dari sabab-musabab langsung terlibatnya Perancis dalam Perang Krimea melawan Rusia.
Gereja ini dikelola bersama oleh para pejabat Gereja Ortodoks Yunani, Gereja Katolik Roma, dan Gereja Apostolik Armenia. Ketiga Gereja ini melestarikan komunitas-komunitas monastik di situs tersebut.
Foto2 di Gereja Kelahiran.

menunggu saat masuk di tempat kelihiran Yesus
para paziarah antri untuk menyentuh/mencium bintang kelahiran
(tempat Yesus lahir)
 Sanctae Catarinae, berada tepat disamping gereja kelahiran

bagian dalam gereja Sanctae Catarinae
 mosaic di bagian dalam gereja
 gua yang terdapat di bagian bawah gereja







ZIARAH Tanah Perjanjian (Bagian Tujuh)


BETLEHEM
(Arab:)بيت لحم
rumah daging (Arab); rumah roti (Ibrani & Aram)


Betlehem atau Bethlehem (bahasa Arab: بيت لحم, Bayt Laḥm, "rumah daging"; bahasa Ibrani: בית לחם, Standar Bet léḥem/Bet láḥem Tiberias Bêṯ léḥem/Bêṯ lāḥem ; "rumah roti"; bahasa Yunani: Βηθλεέμ; bahasa Latin: Bethleem; bahasa Inggris: Bethlehem) adalah sebuah kota Palestina di Tepi Barat dan merupakan sebuah pusat budaya Palestina dan industri pariwisata. Penduduknya berjumlah 29.019 jiwa (2005).[
Kota ini memiliki arti penting bagi umat Kristen karena dipercayai sebagai tempat kelahiran Yesus dari Nazaret. Kuburan Rahel yang penting dalam agama Yahudi terletak di pinggiran kota ini. Betlehem juga merupakan tempat bagi komunitas Kristen Palestina terbesar di Timur Tengah. Kota ini terletak sekitar 10 km di sebelah selatan Yerusalem, dengan ketinggian sekitar 765 meter (2.510 kaki) di atas permukaan laut. Kota raya Betlehem juga mencakup kota kecil Beit Jala dan Beit Sahour.
Gereja Kelahiran, dibangun oleh Konstantin Agung (tahun 330 M), berdiri di tengah Betlehem di atas sebuah gua yang dalam bahasa Inggris disebut Holy Crypt, dan yang menurut tradisi Kristen merupakan tempat Yesus Kristus dilahirkan. Ini merupakan gereja Kristen tertua di dunia. Dekat dengannya terletak sebuah gua lainnya di mana konon Hieronimus, seorang bapa gereja, menghabiskan tiga puluh tahun hidupnya menterjemahkan Alkitab dari bahasa Yunani ke bahasa Latin (lihat Vulgata).
Di Betlehem terdapat Universitas Betlehem [1], sebuah lembaga pendidikan besar Katolik Roma yang didirikan di bawah arahan Vatikan.

Etimologi
Menurut buku yang berjudul "Jejak Yakjuj Dan Makjuj" karya Wisnu Sasongko, asal mula nama Bethlehem adalah ketika seorang nabi yang bernama Hazqiyal (Yehezkiel) menyaksikan proses kebangkitan kembali dari ribuan tulang belulang dari Bani Israel.[4]
Bethlehem berasal dari dua suku kata Bayt (البيت) yang berarti rumah dan Lahm (لحم) berarti daging, maka jika disatukan menjadi Bayt al-Lahm, secara harfiah memiliki arti tempat daging, tetapi makna yang lebih tepat adalah tempat menyatunya (terbungkusnya) tulang belulang dengan daging.  Peristiwa ini dicatat dalam Kitab Ezekiel, Nubuat Pembangunan (Yehezkiel 37:1-14).

SejarahAlkitab
Kota ini terletak di "daerah perbukitan" dari Yehuda, yang mulanya dinamai Efrata (Kejadian 35:16, 19; Kejadian 48:7; Rut 4:11). Daerah ini juga dinamai Betlehem Efrata (Mikha 5:1), Betlehem-Yehuda (1 Samuel 17:12), dan "kota Daud" (Lukas 2:4). Kota ini pertama kali dicatat dalam Kitab Suci sebagai tempat di mana Rahel meninggal dan dikuburkan "di jalan", tepat di utara kota itu (Kejadian 48:7). Kota ini menjadi kediaman asal Yonatan bin Gersom bin Musa dari suku Lewi (Hakim-hakim 17 dan 18), serta gundik dari seorang Lewi yang kemudian menjadi penyebab peperangan orang Israel dengan bani Benyamin (Hakim-hakim 19 sampai 21). Lembah di sebelah timur adalah tempat berlangsungnya kisah Rut orang Moab. Ini adalah ladang-ladang tempat ia memetik gandum, dan jalan yang ditempuhnya ketika ia dan Naomi kembali ke kota (Kitab Rut pasal 1 sampai 4.

Kota Daud
Yang paling penting, Betlehem adalah tempat kelahiran Daud, raja kedua Israel. Kota ini pun merupakan tempat ia diurapi menjadi raja oleh Samuel (1 Samuel 16:4-13). Dari sumur Betlehem inilah tiga dari pahlawannya membawa air untuknya dengan mempertaruhkan nyawa mereka ketika Daud berada di gua Adulam (2 Samuel 23:13-17).
= Periode Israel dan Yehuda
Konfirmasi arkeologi bahwa Bethelem merupakan kota di Israel ditemukan pada tahun 2012 pada penggalian di Kota Daud dalam bentuk suatu segel bulla (meterai segel yang ditekan pada tanah liat kering) dengan tulisan abjad Ibrani Kuno yang terdiri dari 3 baris berbunyi:
baris 1: pada tahun ke-7
baris 2: dari kota Betlehem
baris 3: kepada raja,"
menunjukkan bahwa meterai itu digunakan untuk menyegel tali yang menutup kiriman biji-bijian, anggur dan barang-barang lain sebagai pembayaran pajak pada sekitar abad ke-8 sampai ke-7 SM.[5]

Tempat kelahiran Yesus

Bintang perak yang menandai tempat kelahiran Yesus menurut tradisi gereja.
Kota ini adalah tempat kelahiran dari Dia "yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala" (Mikha 5:1). Di sinilah kelahiran Mesias dinantikan. Karena itu, Injil Lukas 2:4 dan Matius 2:1 melaporkan bahwa Yesus Kristus, yang mereka beritakan sebagai sang Mesias, dilahirkan di Betlehem, meskipun ia kemudian dibesarkan di Nazaret, Galilea. Matius melaporkan bahwa Herodes, setelah kelahiran Yesus, memerintahkan "menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah" (Matius 2:16, 18; Yeremia 31:15).

Masa Romawi dan Bizantium
Kota ini hancur pada masa pemberontakan Bar Kokhba (132-135 M) dan orang-orang Romawi membangun sebuah tempat suci untuk Adonis di tempat kelahiran Yesus. Baru pada tahun 326 gereja Kristen pertama dibangun, ketika Helena, ibunda kaisar Kristen pertama, Konstantin, mengunjungi Betlehem.
Pada masa pemberontakan Samaria pada 529, Betlehem dirampok, dan tembok-tembok kota serta Gereja Kelahiran dihancurkan, namun semuanya itu segera dibangun kembali berdasarkan perintah Kaisar Yustinianus. Pada 614, Persia menyerbu Palestina dan merebut Betlehem. Kisah yang diceritakan dalam sumber-sumber yang belakangan mengatakan bahwa mereka membatalkan rencana menghancurkan Gereja Kelahiran ketika mereka melihat gambar orang majus yang dilukiskan mengenakan pakaian Persia dalam salah satu mosaik di Gereja itu.

Pemerintahan Arab dan Perang Salib
Pada 637, tak lama setelah Yerusalem direbut tentara-tentara Muslim, Kalifah Umar ibn al-Khattab mengunjungi Betlehem dan berjanji bahwa Gereja Kelahiran akan dilestarikan untuk dipakai orang Kristen.
Pada 1099 Betlehem direbut oleh para Tentara Salib, yang membentenginya dan membangun sebuah biara yang baru di sebelah utara Gereja Kelahiran. Kota itu makmur di bawah pemerintahan mereka. Pada hari Natal tahun 1100 Baldwin I, raja Frankia pertama dari Kerajaan Yerusalem, dinobatkan di Betlehem, dan tahun itu, keuskupan Latin juga dibentuk di kota tersebut.
Pada 1187, Saladin merebut Betlehem dari tangan Tentara Salib, dan para rohaniwan Latin dipaksa pergi. Saladin menyetujui kembalinya dua imam dan dua diaken Latin pada 1192. Namun kota itu menderita karena hilangnya bisnis dari para peziarah. Betlehem untuk sementara waktu kembali ke tangan Tentara Salib melalui perjanjian antara 1229 dan 1244. Pada 1250, dengan berkuasanya Rukn al-Din Baibars, toleransi terhadap kekristenan menurun, para pendeta meninggalkan kota, dan pada 1263 tembok-tembok kota dihancurkan. Para agamawan Latin kembali ke kota itu selama abad berikutnya, membentuk biara yang berdampingan dengan Basilika, dan pada 1347 Ordo Fransiskan mendapatkan hak milik atas Gua Kelahiran serta hak untuk menyelenggarakan dan memelihara Basilika itu.

Betlehem di bawah Kerajaan Ottoman
Pemandangan Betlehem pada 1894 dengan para Peziarah
Di bawah kekuasaan Ottoman sejak 1517, kekuasaan atas Basilika diperebutkan sengit antara Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks.
Dari 1831 hingga 1841 Palestina berada di bawah pemerintahan Muhammad Ali dari Mesir. Pada masa ini, kota ini mengalami gempa bumi dan penghancuran wilayah Muslim oleh para pasukan, sebagai pembalasan atas sebuah pembunuhan. Pada 1841, Betlehem sekali lagi berada di bawah kekuasaan Ottoman, hingga akhir Perang Dunia I dan pemaksaan Mandat Inggris atas Palestina.

Abad ke-20
Betlehem modern

Dalam resolusi Sidang Umum PBB tahun 1947 untuk membagi Palestina, Betlehem dimasukkan dalam enklaf internasional khusus Yerusalem untuk dikuasai oleh PBB. Yordania menduduki kota itu pada Perang Arab-Israel 1948. Banyak pengungsi dari daerah-daerah yang direbut oleh pasukan-pasukan Zionis pada 1947 - 1948 datang ke Betlehem, membangun kemah-kemah di utara kota dekat jalan ke Yerusalem dan di perbukitan di selatan antara kota itu dan Kolam Salomo. Semua ini kemudian menjadi kemah-kemah resmi pengungsi dari Beit Jibrin (atau al-'Azza) dan 'A'ida (di utara) dan Deheisheh di selatan. Arus masuk pengungsi ini mengubah demografi Betlehem secara drastis.
Yordan mempertahankan kekuasaan atas kota itu hingga 1967, ketika Betlehem direbut oleh Israel bersama-sama dengan sisa bagian dari Tepi Barat.
Pada 21 Desember 1995, Betlehem menjadi salah satu wilayah di bawah kekuasaan penuh oleh Otoritas Palestina. Ia menjadi ibukota distrik Betlehem. Populasi Kristen bukan lagi mayoritas penduduk di situ, tetapi sebuah peraturan khusus mensyaratkan bahwa walikota dan mayoritas dewan kota harus Kristen.

Kunjungan pertama di Betlehem dimulai dengan mengunjungi Padang Gembala, tempat dimana para gembala menerima kabar sukacita tentang kelahiran Yesus (Luk 2 : 8 - 14).
di tempat ini terdapat sebuah gua yang diyakini sebagai tempat tinggal para gembala yang menerima kabar dari malaikat tentang kelahiran Yesus. Mengapa gembala-gembala yang diam ditempat ini yang menerima berita tentang kelahiran Yesus ? padahal disekitar tempat ini terdapat juga banyak para gembala yang menjaga kawanan domba... Gembala-gembala yang ada ditempat ini, adalah para gembala yang menjaga/memelihara domba-domba yang terbaik untuk dipersembahkan di bait Allah. Jadi mereka bukan sembarang gembala, karena itulah mereka yang menerima berita sukacita itu.
Tempat ini yang diyakini sebagai tempat tinggal asli para gembala yang menerima kabar sukacita
Pada abab ke IV gua ini menjadi gereja, itu artinya umat Kristen diabad IV beribadah di tempat ini. Gereja ini dibangun oleh Ordo Fransiskan. Di bagian samping atas gua gembala ini terdapat gereja gembala yang berbentuk kemah yang dibangun pada abad ke XX oleh arsitek yang terkenal Antonio Baluzzi.

fFoto-foto di padang gembala.
 bagian depan sesudah pintu masuk
 patung gembala di halaman padang gembala

 bagian dalam gua gembala
 tempat ini dijadikan gereja pada abad empat
latar belakang tempat para gembala

mimbar di dalam gua gembala

bacaan di ruang dlm gereja gembala
gambar para gembala yg menerima kabar kelahiran Yesus
gambar para gembala menyaksikan kelahiran Yesus
dalam gambar nampak ada Keledai dan Lembu yang artinya
Keledai adalah alat transportasi para raja Israel di jaman itu
Lembu merupakan persembahan termahal di jaman ini
kedua binatang ini menunjukkan bahwa Yesus yang dilahirkan itu adalah Raja.
para gembala membawa kabar sukacita
mimbar di dalam ruangan gereja gembala.








Selasa, 29 Oktober 2013

ZIARAH Tanah Perjanjian (Bagian Enam)


St.CATHERINE-ISRAEL ( Tanah Perjanjian )
Hari ke4/01.oktober 2013, adalah hari terakhir berada di Mesir dan hari pertama berada di Israel (Tanah perjanjian). Setelah kurang lebih 6 jam perjalanan dari semenanjung Sinai di St.Catherine akhrinya tiba di perbatasan Mesir Israel.

Sejenak Singgah di Benteng Sultani Salahudin

Benteng Sultan Salahudin yang dibangun mengelilingi Pulau Firaun, di wilayah Taba, Mesir (sekitar 10 Km kearah Selatan dari perbatasan Mesir - Israel) di Teluk Aqaba - Laut Mati.
Sultan Salahudin (Salahuddin Ayyubi atau Saladin atau Salah ad-Din) adalah pemimpin Muslim yang paling terkenal dan disegani sepanjang sejarah Perang Salib.
Karena ketika Sultan Salahudin menyerang Yerusalem (yg sebelumnya di mana ribuan rakyat muslim dibantai oleh pasukan Salib-Kristen), Sultan Salahuddin segera menyampaikan perintah agar seluruh pasukan Salib-Kristen Yerusalem menyerah.
Perintah tersebut sama sekali tidak dihiraukan, sehingga Salahuddin bersumpah untuk membalas dendam atas pembantaian ribuan warga muslim yang dilakukan oleh pasukan Salib-Kristen.
Setelah beberapa lama terjadi pengepungan, pasukan Salib-Kristen kehilangan semangat tempurnya dan memohon kemurahan hati sang Sultan. Akhirnya Sultan Salahudin memaafkan mereka.
Bangsa Romawi dan warga Syria-Kristen diberi hidup dan diizinkan tinggal di Yerusalem dengan hak-hak warga negara secara penuh.
Bangsa Perancis dan bangsa-bangsa Latin diberi hak meninggalkan Palestina dengan membayar uang tebusan 10 dinar setiap orang dewasa, dan 1 dinar untuk setiap anak-anak. Jika tidak bersedia mereka dijadikan sebagai budak.
Namun peraturan seperti ini tidak diterapkan oleh sang sultan secara kaku. Sultan Salahuddin berkenan melepaskan ribuan tawanan tanpa tebusan sepeser pun, bahkan ia mengeluarkan hartanya sendiri untuk membantu menebus sejumlah tawanan. Sultan Salahuddin juga membagi-bagikan sedekah kepada ribuan masyarakat Kristen yang miskin dan lemah sebagai bekal perjalanan mereka pulang. Ia menyadari betapa pasukan Salib-Kristen telah membantai ribuan rnasyarakat muslim yang tidak berdosa, namun suara hatinya tidak tega untuk melampiaskan dendam terhadap pasukan Salib-Kristen.



Luapan sukacita, menghapus kelelahan pendakian gunung Sinan dan perjalanan panjang melintasi padang gurun menuju tanah perjanjian… setelah proses imigrasi dengan pemeriksaan yang sangat ketat akhirnya kami menginjakkan kaki di tanah dimana begitu banyak orang memiliki harapan dan kerinduan untuk bias berziarah menyaksikan dan merasakan kehadiran Allah melalui PutraNya Jesus Kristus yang lahir, melakukan banyak pengajaran/mujizat, menderita,mati dan dikuburkan serta bangkit pada hari ketiga… Kini, ditanah ini, apa yang selama ini hanya dapat dibaca melalui kesaksian Alkitab, didengar melalui mereka yang telah menginjakkan kaki di sini, telah didepan mata, walaupun tempatnya telah mengalami perubahan besar seiring perkembangan dan kemajuan pesat.
Welcome to Israel. Selamat datang di tanah perjanjian, demikian sapaan akrab dari tour leader yang telah menanti kami di perbatasan … Safi, demikian ia memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya satu persatu rombongan kami… keakraban makin terasa karena ternyata dia fasih berbahasa Indonesia,yang sesekali dicampur dengan logat Manado…
Saat itu rombongan langsung meluncur menuju Betlehem tempat kami akan menginap… perjalanan kurang lebih 4 jam tidak membuat kami merasa lelah, sebab tak satupun yang ingin memejamkan mata menyaksikan tanah perjanjian itu… ditambah dengan kendaraan yang menggunakan Wi-fi sehingga bias berkomunikasi dengan keluarga,saudara sahabat melalui jejaring social (fb, tweeter) dan media internet lainnya secara gratis…
Dalam perjalanan ini kami melewati Laud Mati (Dead sea), kemudian singgah ditempat yang diyakini tempat istri Lot menjadi tiang gara yaitu Sodom dan Gomora… rombongan turun sejenak sekira 15 menit untuk berfoto dengan latar patung tiang garam istri Lot tersebut….. dan tibalah kami di betlehem untuk bermalam di hari pertama.
foto: Istri Lot yang menjadi tiang garam
        di Kota Sodom dan Gomora.




ISRAEL
Israel (bahasa Ibrani מדינת ישראל Medinat Yisra‘el, Arab دولة إسرائيل Dawlat Isrā'īl) adalah sebuah negara di Timur Tengah yang dikelilingi Laut Tengah, Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir dan gurun pasir Sinai. Selain itu dikelilingi pula dua daerah Otoritas Nasional Palestina: Jalur Gaza dan Tepi Barat. Dengan populasi sebesar 7,5 juta jiwa, Israel merupakan satu-satunya negara Yahudi di dunia.[7] Selain itu, terdapat pula beberapa kelompok etnis minoritas lainnya, meliputi etnis Arab yang berkewarganegaraan Israel, beserta kelompok-kelompok keagamaan lainnya seperti Muslim, Kristen, Druze, Samaria, dan lain-lain.
Pendirian negara modern Israel berakar dari konsep Tanah Israel (Eretz Yisrael), sebuah konsep pusat Yudaisme sejak zaman kuno,[8] yang juga merupakan pusat wilayah Kerajaan Yehuda kuno. Setelah Perang Dunia I, Liga Bangsa-Bangsa menyetujui dijadikannya Mandat Britania atas Palestina sebagai "negara orang Yahudi".[9] Pada tahun 1947, PBB menyetujui Pembagian Palestina menjadi dua negara, yaitu satu negara Yahudi dan satu negara Arab.[10] Pada 14 Mei 1948, Israel memproklamasikan kemerdekaannya dan ini segera diikuti oleh peperangan dengan negara-negara Arab di sekitarnya yang menolak rencana pembagian ini. Israel kemudian memenangkan perang ini dan mengukuhkan kemerdekaannya. Akibat perang ini pula, Israel berhasil memperluas batas wilayah negaranya melebihi batas wilayah yang ditentukan oleh Rencana Pembagian Palestina. Sejak saat itu, Israel terus menerus berseteru dengan negara-negara Arab tetangga, menyebabkan peperangan dan kekerasan yang berlanjut sampai saat ini.[11] Sejak awal pembentukan Negara Israel, batas negara Israel beserta hak Israel untuk berdiri telah dipertentangkan oleh banyak pihak, terutama oleh negara Arab dan para pengungsi Palestina. Israel telah menandatangani perjanjian damai dengan Mesir dan Yordania, namun usaha perdamaian antara Palestina dan Israel sampai sekarang belum berhasil.
Israel merupakan negara demokrasi dengan sistem pemerintahan parlementer dan hak pilih universal.[12][13] Perdana Menteri Israel menjabat sebagai kepala pemerintahan dan Knesset bertugas sebagai badan legislatif Israel. Dalam hal produk domestik bruto, ekonomi negara ini menduduki peringkat ke-44 di dunia.[14] Israel memiliki peringkat Indeks Pembangunan Manusia[15], kebebasan pers,[16] dan daya saing ekonomi[17] yang tertinggi dibandingkan dengan negara-negara Arab di sekitarnya. Menurut hukum negara Israel, ibukota Israel adalah Yerusalem. Walaupun demikian badan PBB dan kebanyakan negara di dunia tidak mengakuinya.
Etimologi
Selama lebih dari tiga ribu tahun, nama "Israel" memiliki pengertian umum dan religi sebagai Tanah Israel ataupun keseluruhan negara Yahudi.[18] Menurut Alkitab, Yakub dinamai Israel setelah berhasil bergumul dengan seorang malaikat Tuhan.[19]
Berdasarkan penemuan artefak arkeologi, nama "Israel" (selain sebagai nama pribadi) paling awal disebutkan di prasasti Merneptah Mesir kuno (sekitar akhir abad ke-13 SM). Pada prasasti tersebut nama "Israel" itu sendiri merujuk kepada sekelompok orang yang berasal dari tanah tertentu.[20] Negara modern Israel dinamakan Medinat Yisrael, yang artinya "Negara Israel". Selain itu, terdapat pula nama-nama lain yang digagaskan, meliputi Eretz Israel ("Tanah Israel"), Zion, dan Judea , namun semuanya ditolak.[21] Dalam Bahasa Inggris, warga negara/orang Israel disebut sebagai Israeli. Istilah tersebut dipilih oleh pemerintah Israel pada awal kemerdekaannya. Hal ini secara resmi diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Israel saat itu, Moshe Sharett.[22]
Daerah ini juga dikenal sebagai Tanah Suci, yang suci untuk semua agama Abrahamik termasuk Yahudi, Kristen, Islam dan kepercayaan Bahá'í. Sebelum Deklarasi Kemerdekaan Israel 1.948, seluruh wilayah ini dikenal dengan berbagai nama lain, termasuk Suriah Selatan, Suriah Palestina, Kerajaan Yerusalem, Provinsi Iudaea, Coele-Suriah, Retjenu, Kanaan dan, khususnya, Palestina.

Awal Sejarah
Tanah Israel, yang dikenal dalam bahasa Ibrani sebagai Eretz Yisrael, merupakan tanah suci orang Yahudi. Menurut kitab Taurat, Tanah Israel dijanjikan kepada tiga Patriark Yahudi oleh Tuhan sebagai tanah air mereka[23][24]. Pada cendekiawan memperkirakan periode ini ada pada milenium ke-2 SM.[25] Menurut pandangan tradisional, sekitar abad ke-11 SM, beberapa kerajaan dan negara Israel didirikan disekitar Tanah Israel; Kerajaan-kerajaan dan negara-negara ini memerintah selama seribu tahun ke depan.[26]
Antara periode Kerajaan-kerajaan Israel dan penaklukan Muslim abad ke-7, Tanah Israel jatuh di bawah pemerintahan Asiria, Babilonia, Persia, Yunani, Romawi, Sassania, dan Bizantium.[27] Keberadaan orang Yahudi di wilayah tersebut berkurang drastis setelah kegagalan Perang Bar Kokhba melawan Kekaisaran Romawi pada tahun 132, menyebabkan pengusiran besar-besaran Yahudi. Pada tahun 628/9, Kaisar Bizantium Heraklius memerintahkan pembantaian dan pengusiran orang-orang Yahudi, mengakibatkan populasi Yahudi menurun lebih jauh. Walau demikian, terdapat sekelompok kecil populasi Yahudi yang masih menetap di tanah Israel. Tanah Israel direbut dari Kekaisaran Bizantium sekitar tahun 636 oleh penakluk Muslim. Selama lebih dari enam abad, kontrol wilayah tersebut berada di bawah kontrol Umayyah,[28] Abbasiyah,[29] dan Tentara Salib sebelum jatuh di bawah Kesultanan Mameluk pada tahun 1260. Pada tahun 1516, Tanah Israel menjadi bagian dari Kesultanan Utsmaniyah, yang memerintah wilayah tersebut sampai pada abad ke-20.[30]
Agama
Israel didirikan sebagai negara kaum Yahudi dan sering kali disebut sebagai negara Yahudi. Hukum negara ini memberikan para Yahudi dan orang-orang yang berketurunan Yahudi hak untuk mendapatkan kewarganegaraan Israel.[220] Lebih dari tiga per empat, atau 75,5% populasi Israel adalah Yahudi yang berlatarbelakang berbeda-beda. Sekitar 68% Yahudi Israel dilahirkan di Israel, 22%-nya merupakan imigran dari Eropa dan Amerika, dan 10%-nya merupakan imigran dari Asia dan Afrika (termasuk pula dari Arab).[221] Afiliasi keagamaan penduduk Yahudi Israel bervariasi: 55%-nya mengaku sebagai "tradisional", sedangkan 20%-nya menganggap dirinya sendiri sebagai "Yahudi sekuler", 17% mengaku sebagai "Yahudi Ortodoks"; sisa 8%-nya mengaku sebagai "Yahudi Haredi"[222]
Umat Muslim mencapai 16% total populasi Israel dan merupakan agama minoritas terbesar di Israel. Sekitar 2% populasi beragama Kristen dan 1,5%-nya beragama Druze.[223] Populasi umat Kristen ini termasuk pula Arab Kristen dan Yahudi Mesiah.[224] Terdapat pula sebagian kecil kelompok agama seperti agama Buddha dan Hindu.[225]
Kota Yerusalem merupakan kota yang penting bagi umat Yahudi, Muslim, dan Kristen. Yerusalem merupakan tempat beradanya Tembok Ratapan dan Bait Allah, Masjid Al-Aqsa, dan Gereja Makam Kudus. Situs-situs keagamaan yang penting lainnya berlokasi di Tepi Barat, meliputi Makam Yusuf di Shechem, Gereja Kelahiran dan Kuburan Rahel di Betlehem, dan Gua Machpelah di Hebron.

foto: Latar belakang patung Tiang Garam istri Lot.
Malam pertama di betlehem: Hotel Mount David.


Rabu, 23 Oktober 2013

ZIARAH Tanah Perjanjian (Bagian Lima)




Pemandangan dari Puncak Gunung Sinai saat matahari terbit.
Ketinggian 2.285 m (7ft)
Lokasi: Saint. Catherine. Janub Sina', Mesir.

 Gunung Sinai
Gunung Sinai (juga dikenal dengan nama Jabal Musa جبل موسَى dalam bahasa Arab) adalah sebuah gunung yang terletak di Semenanjung Sinai di Mesir. Tingginya 2.285 meter dan berada di barisan pegunungan di sebelah selatan semenanjung tersebut.

Pada 4 Februari 1859, Codex Sinaiticus, sebuah manuskrip Perjanjian Baru dari abad ke-4, ditemukan oleh Konstantin von Tischendorf di kaki gunung ini.

Ada beberapa cendekiawan yang menganggapnya sama dengan "Gunung Sinai" yang disebut-sebut dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen terutama dalam kumpulan kitab Taurat, namun hal ini belum dapat dipastikan.
Versi Yahudi dan Kristen

Sinai adalah nama gunung, tempat TUHAN (YHWH) menampakkan Diri kepada Musa dan membuat perjanjian dengan suku-suku bangsa Israel yang berkumpul di situ.

Beberapa ahli arkeologi menganggap gunung-gunung berikut sebagai Gunung Sinai:

    Jebel Musa (Gunung Musa),
    Ras ets-tsaftsafeh (Ras Sufsafeh),
    Jebel Serbal
    sebuah gunung dekat al-Hrob.

Tradisi yang cenderung menganggap Gunung Sinai adalah Jebel Serbal, dapat dijejaki sampai Eusebius (abad ke-4); yang menyebut Jebel Musa hanya sampai Yustinianus (abad ke-6). Karena tidak ada padang gurun di kaki Jebel Serbal, membuatnya tak mungkin sebagai gunung perjanjian. Pandangan A Musil, yang pernah diterima oleh kalangan luas, yg mengatakan bahwa gunung berapi dekat al-Hrob harus disamakan dengan Gunung Sinai, tidak lagi disukai oleh para ahli, karena dengan itu rute perjalanan Keluaran tak dapat disusun kembali, dan pendapat itu tidak menafsirkan Keluaran 19 secara tepat.

Tinggal hanya dua kemungkinan: Jebel Musa dan Ras ets-tsaftsafeh. Kedua gunung itu terletak pada punggung batu granit, yang memanjang ± 4 km dari barat laut ke tenggara. Ras ets-tsaftsafeh (1.993 m) terletak di bagian utara, dan Jebel Musa (2.244 m) di bagian selatan.

Tradisi dan kebanyakan ahli modern menerima Jebel Musa sebagai Gunung Sinai. Namun beberapa ahli lain dengan kuat lebih memilih Ras ets-tsaftsafeh sebagai gunung perjanjian, karena adanya dataran luas pada kakinya, cukup untuk jemaah Israel yang besar itu (bandingkan Keluaran 20:18 'dan mereka berdiri jauh jauh'). Tapi tradisi tentang Jebel Musa sudah begitu tua (sekitar 1500 tahun) dan gunung batu granit yg ada di situ begitu mengagumkan sehingga mungkin sekali itulah Gunung Sinai. Tambahan lagi, beberapa tempat perhentian pada jalan yg menuju ke gunung itu, mengarah ke kesimpulan yang sama.

Dalam Perjanjian Lama Gunung Sinai disebut juga Gunung Horeb. Sesudah melewati Mara dan Elim orang Israel sampai di Sinai pada bulan ke-3 sesudah berangkat dari Mesir (Keluaran 19:1), dan berkemah di dataran kaki gunung itu, dan dari situ puncak gunung dapat dilihat (Keluaran 19:16, 18, 20). YHWH menampakkan diriNya kepada Musa di puncak gunung ini dan memberikan Kesepuluh Firman dan hukum-hukum lainnya. Perjanjian yang diadakan Allah di situ dengan umat-Nya sangat penting dalam mengikat suku-suku itu menjadi satu, dan menempa mereka menjadi satu umat yang mengabdi kepada satu Allah. Keaslian berita ini mendapat tentangan dari aliran modern tertentu, berdasarkan Hakim-hakim 5:5, bahwa tradisi tentang Sinai termasuk bagian yang tua dari kepercayaan orang Israel. Peranan Gunung Sinai yang menonjol dalam Perjanjian Lama dan tradisi kuat yang dihubungkan dengan gunung itu, memberikan banyak bukti dalam menopang kebenaran sejarah dari berita ini.

Di kaki Gunung Jebel Musa terdapat biara St Katarina. Di sinilah ditemukan oleh Tischendorf naskah abad 4 yang termasyhur itu, bagian dari Alkitab Yunani, yang disebut Naskah Sinai, yang ditulis dengan huruf besar (uncial). Dalam perpustakaan St. Katarina ada naskah-naskah kuno dalam bahasa Yunani, Arab, Etiopia dan Siria (banyak dari situ belakangan ini umumnya bisa didapati dalam film mikro).


 tiba di Puncak Sinai, kira-2 jm 04.30
Setelah beristirahat kira-kira jam 01.00 (wkt setempat) rombongan menuju ke gunung Sinai…
Kira-kira jam 01.30 dini hari kami tiba tempat pendakian gununga Sinai. Ditempat itu telah di siapkan Unta bagi setiap orang yang akan mendaki ke gunung Sinai. Kami tidak sempat mengambil foto karena kegelapan malam, dan sibuk dengan unta masing-masing… merupakan pengalaman pertama dan tak terlupakan sebab untuk pertama kali akan naik unta… rasa cemas dan takut akan apa yang akan terjadi sotel tempat menginap dan sepanjang jalan menuju gunung Sinai tak satupun bintang terlihat… tour leader yang membawa kami memang sebelumnya telah mengatakan bahwa sesuatu yang indah akan terlihat ketika mendaki gunung Sinai…
Kagum akan keindahan malam di tengah pendakian gunung Sinai membuat hati dan pikiran berbisik, sungguh inilah pertanda kemuliaan Allah yang nyata di gunungNya yang kudus, gungung dimana Allah menyatakan kehadiran-Nya dan berjumpa dengan Musa. Gunung tempat Allah menyatakan kehendak-Nya melalui dual oh batu yang bertuliskan sepuluh perintah Allah ( Dasa Titah ).
Tanpa terasa kurang lebih 2 jam kami tiba di tempat perhentian untuk melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki untuk tiba di puncak Sinai yang masih memerlukan waktu sekitar 1.5 jam…. Diperhentian itu, kami berjumpa dengan orang-orang dari berbagai bangsa, ada yang dari Indonesia (Papua dan Jakarta) ada juga yang dari Negara lain. Saling menyapa: “Syalom”… membuat suasana menjadi indah serta merasa satu keluarga dengan tujuan yang sama…
Setelah 30 menit beristirahat, pendakian dilanjutkan, dari 10 orang rombongan kami yang hendak mendaki hanya 6 yang meneruskan pendakian. 4 lainnya merasa tidak mampu untuk mendaki puncak Sinai. Awalnya dibenakku merasa akupun tidak mungkin dapat mendaki hingga di puncak Sinai. Namun tekad, semangat dan harapan untuk menyaksikan tempat dimana Musa menerima dua loh batu yang berisi 10 hukum Tuhan, menghapus keraguan dan ketidakyakinan itu… perlahan kami melangkah, dan sekitar 30 menit ternyata kami harus mampu melewati sekitar 2400 anak tangga berupa batu-batu yang di atur sekedar tempat berpijak untuk tiba di puncak… “Aku pasti bias”… itulah sepenggal kalimat dari hati yang merindukan menyaksikan seperti apa puncak Sinai itu… dan tak hentinya ku berdoa kepada TUHAN, “bawalah aku tiba di puncak gunung ini”.
Kurang lebih 1.5 jam akhirnya aku tiba di puncak Sinai, dari rombongan kami, aku yang pertama menginjakkan kaki di puncak gunung itu… disitu ada sekelompok orang dengan bahasa yang tidak ku mengerti sedang bernyanyi dan berdoa… tanpa sadar air mataku menetes dan tangisan keharuan tak dapat ku tahan… kini aku berada di puncak Sinai… aku merasa tidak kehilangan tenaga, aku merasa segar dan kuat… seorang diri ku berdoa kurang lebih selama 30 menit… tanpa ku tahu ternyata teman-teman lainnya sibuk mencari aku… Johan, tour leader kami, akhirnya harus turun kembali karena pikirnya jangan-jangan aku kehilangan jalan atau terjatuh… selesai berdoa, ternyata aku ada di sekitar orang-orang yang tadinya bernyanyi dan berdoa dan mereka itu ternyata dari Kenya… kemudian kami rombongan 6 orang berkumpul dengan sukacita…

Lalu kami beribadah bersama… aku memimpin Ibadah, satu lagu pujian kami naikkan kemudian membacakan Keluaran 19 : 19 – 20:17… lalu berdoa,,,,, kami merasakan hal yang luar biasa, apalagi saat membaca 10 Hukum Tuhan…
 Keluaran 19 : 1 - 25

19:1 Pada bulan ketiga setelah orang Israel keluar dari tanah Mesir, mereka tiba di padang gurun Sinai pada hari itu juga.
19:2 Setelah mereka berangkat dari Rafidim, tibalah mereka di padang gurun Sinai, lalu mereka berkemah di padang gurun; orang Israel berkemah di sana di depan gunung itu.
19:3 Lalu naiklah Musa menghadap Allah, dan TUHAN berseru dari gunung itu kepadanya: "Beginilah kaukatakan kepada keturunan Yakub dan kauberitakan kepada orang Israel: 

19:4 Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku.
19:5 Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi.
19:6 Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel."
19:7 Lalu datanglah Musa dan memanggil para tua-tua bangsa itu dan membawa ke depan mereka segala firman yang diperintahkan TUHAN kepadanya.
19:8 Seluruh bangsa itu menjawab bersama-sama: "Segala yang difirmankan
TUHAN akan kami lakukan." Lalu Musapun menyampaikan jawab bangsa itu kepada TUHAN. 

19:9 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sesungguhnya Aku akan datang kepadamu dalam awan yang tebal, dengan maksud supaya dapat didengar oleh bangsa itu apabila Aku berbicara dengan engkau, dan juga supaya mereka senantiasa percaya kepadamu." Lalu Musa memberitahukan perkataan bangsa itu kepada TUHAN.
19:10 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah kepada bangsa itu; suruhlah mereka menguduskan diri pada hari ini dan besok, dan mereka harus mencuci pakaiannya.
 
19: 11 Menjelang hari ketiga mereka harus bersiap, sebab pada hari ketiga TUHAN akan turun di depan mata seluruh bangsa itu di gunung Sinai. 

19:12 Sebab itu haruslah engkau memasang batas bagi bangsa itu berkeliling sambil berkata: Jagalah baik-baik, jangan kamu mendaki gunung itu atau kena kepada kakinya, sebab siapapun yang kena kepada gunung itu, pastilah ia dihukum mati.
19:13 Tangan seorangpun tidak boleh merabanya, sebab pastilah ia dilempari dengan batu atau dipanahi sampai mati; baik binatang baik manusia, ia tidak akan dibiarkan hidup. Hanya apabila sangkakala berbunyi panjang, barulah mereka boleh mendaki gunung itu."
19:14 Lalu turunlah Musa dari gunung mendapatkan bangsa itu; disuruhnyalah bangsa itu menguduskan diri dan merekapun mencuci pakaiannya.
19:15 Maka kata Musa kepada bangsa itu: "Bersiaplah menjelang hari yang ketiga, dan janganlah kamu bersetubuh dengan perempuan."
19:16. Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan.
19:17 Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Allah dan berdirilah mereka pada kaki gunung.
19:18 Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena TUHAN turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat.
19:19 Bunyi sangkakala kian lama kian keras. Berbicaralah Musa, lalu Allah menjawabnya dalam guruh.
19:20 Lalu turunlah TUHAN ke atas gunung Sinai, ke atas puncak gunung itu, maka TUHAN memanggil Musa ke puncak gunung itu, dan naiklah Musa ke atas.
19:21 Kemudian TUHAN berfirman kepada Musa: "Turunlah, peringatkanlah kepada bangsa itu, supaya mereka jangan menembus mendapatkan TUHAN hendak melihat-lihat; sebab tentulah banyak dari mereka akan binasa.
19:22 Juga para imam yang datang mendekat kepada TUHAN haruslah menguduskan dirinya, supaya TUHAN jangan melanda mereka."
19:23 Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Tidak akan mungkin bangsa itu mendaki gunung Sinai ini, sebab Engkau sendiri telah memperingatkan kepada kami, demikian: Pasanglah batas sekeliling gunung itu dan nyatakanlah itu kudus."
19:24 Lalu TUHAN berfirman kepadanya: "Pergilah, turunlah, kemudian naiklah pula, engkau beserta Harun; tetapi para imam dan rakyat tidak boleh menembus untuk mendaki menghadap TUHAN, supaya mereka jangan dilanda-Nya."
19:25 Lalu turunlah Musa mendapatkan bangsa itu dan menyatakan hal itu kepada mereka.


Di kaki Gunung Jebel Musa terdapat biara St Katarina. Di sinilah ditemukan oleh Tischendorf naskah abad 4 yang termasyhur itu, bagian dari Alkitab Yunani, yang disebut Naskah Sinai, yang ditulis dengan huruf besar (uncial). Dalam perpustakaan St. Katarina ada naskah-naskah kuno dalam bahasa Yunani, Arab, Etiopia dan Siria 




Foto-foto lain suasana/pemandangan gunung Sinai