Kepada :
Saudaraku yang terkasih,
Manusia
Salam kasih saudaraku, !!!
Maafkan aku kalau tulisanku ini
mengganggumu. Aku sendiri juga tidak yakin apakah benar menulis surat ini atau
tidak. Tapi, kupikr, jika surat ini tidak pernah ada, mungkin tidak akan lagi
ada kesempatan. Dengan tulisan ku yang berantakan ini, ha.. ha.. kamumenyebutnya
cakar ayam, semoga masih bisa terbaca, aku memberanikan diri.
Masih teringat, tiap pagi kamu
selalu telat bangun. Sulit sekali untukmu bangun pagi. Sering kali kamu tidak
sarapan, langsung saja berangkat. Lihat saja, badan kamu jadi kurus begitu.
Tahukah kamu? Aku sangat sedih. Aku bertekad berbuat sesuatu untukmu. Tiap pagi
aku akan bangun pagi-pagi,aku akan teriak terus sampai kamu bangun. Sering
kali, tenggorokanku sakit, suaraku hilang, tapi aku tetap berusaha teriak
sampai kamu bangun. Sekarang mungkin kamu harus berjuang sendiri, maafkan aku,
aku tidak bisa lagi membangunkanmu.
Kata dokter, telurku banyak
mengandung protein. Aku begitu bahagia bisa memberikan sesuatu dari diriku
untukmu. Memang aku sulit sekali menerima ini, aku begitu sulit bertelur dengan
harapan dapat anakku dapat segera menetas. Tapi sepertinya harapan itu tidak
akan pernah terwujud. Setidaknya aku bisa melihatmu sehat karena telurku. Aku
tidak pernah menyesal, karena aku mengasihimu, aku sangat mengasihmu.
Akhir-akhir ini, aku merasa aneh,
daging pada tubuhku terasa membengkak, terutama bagian pahaku. Aku mulai
bertanya kapan aku terakhir ‘fitness’? Tapi rupanya itu bukan hasil fitnessku
selama ini, kamu telah melakukan sesuatu padaku. Seingatku sering kali aku tertusuk
jarum yang tajam dan setelah itu, terasa ada carian yang masuk ke tubuhku.
Pertama-tama kukira dengan badanku seperti ini, kamu ingin aku jadi atlit
binaraga. Aku begitu bahagia, kamu begitu memperhatikanku. Ketika aku diangkut
ke truk bersama teman-temanku, aku masih berpikir aku akan pergi ikut turnamen
binaraga. Aku begitu bahagia berpikir bisa membawa pulang piala buatmu sampai
aku sadar tempat apa yang kami tuju. Aku melihat teman-temanku sudah terkapar,
darah mengucur dimana-mana, mereka sudah tidak beryawa. Teriakanku tertahan,
Ini bukan gedung turnamen, ini adalah rumah jagal. Akhirnya aku mengerti,
ternyata aku disuntik supaya dagingku besar, kamu akan menikmati dagingku. Tapi
semua itu sudah terlambat. Aku takut sekali, aku ingin lari keluar tapi aku tak
bisa, lalu tak berdaya.
Satu-persatu temanku dimasukkan
ke dalam sebuah alat yang besar, teriakan mereka begitu menyayat hati. Aku tahu
pasti, sebentar lagi aku akan merasakannya. Aku heran, suara teriakan yang
begitu keras, tidakkah itu mengganggumu? Mungkin kamu tidak mendegarnya atau
lebih tepatnya tidak mau mendengarnya? Bukankah kita sama-sama mahkluk ciptaan
Tuhan? Bukankah dulu kita saling mengasihi? Kenapa kamu berubah begitu cepat?
Apakah aku benar-benar tidak bermakna di matamu?
Waktuku sudah hampir habis,
sebentar lagi akan tiba giliranku. Sudah tidak ada gunanya lagi aku berbicara
terlalu banyak. Ketika kamu membaca surat ini, aku sudah tidak ada lagi di
dunia ini. Hmm…, mungkin juga aku sudah berada dalam perutmu!
Tapi ada satu hal yang aku ingin
sekali kamu tahu, bahwa aku masih mengasihmu, saudaraku. Aku doakan semoga kamu
bisa hidup bahagia denga kasih. Semoga pengorbananku ini bermakna bagimu. Aku
masih terus menantikan hari dimana kita bisa hidup bersama, saling mengasihi. Mungkinkah
hari itu akan tiba?
Selamat tinggal saudaraku.
Yang mengasihimu,
Ayam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar